Lean Construction Di Indonesia (2)

Penerapan Lean Construction di Indonesia

Lean Construction atau manajemen konstruksi ramping bukan berarti manajemen konstruksi dengan melakukan cost cutting disana-sini, bukan pula metode improvement yang rumit dan memusingkan. Pengertian lean adalah menghilangkan aktivitas yang tidak ada nilai tambahnya, pemborosan (wastes) maupun kerugian (losses) dengan tujuan menghasilkan nilai tambah (value added) dalam suatu proyek. Berdasarkan penelitian beberapa ahli bidang konstruksi di Amerika, ternyata dalam setiap proyek konstruksi yang kita lakukan hanya ada 40% aktivitas yang benar-benar ada nilai tambahnya (value-added), sedangkan 60% lainnya tidak ada nilai tambahnya (non-value added). Dalam hal ini menjadi sebuah tantangan dalam proses penerapan Lean Construction di Indonesia.

Aktivitas yang memiliki value added adalah aktivitas yang “ada nilai tambahnya sesuai spek dan gambar yang diminta dan customer rela dan mau membayar untuk itu”. Sedangkan non-value added adalah sebaliknya. Misal kita membuat bangunan ternyata salah dan harus dibongkar karena spesifikasi yang kita buat atau kualitasnya tidak sesuai spesifikasi customer. Apakah customer rela dan mau membayar biaya bongkar dan biaya bangun kembali termasuk material-material penggantinya? Tentu saja tidak, kecuali atas permintaan atau persetujuan mereka, inilah yang dimaksud non-value added. Demikian juga jika waktu molor karena planning yang tidak baik, atau ketika material sudah datang tapi pekerja tidak ada atau sebaliknya. Tentu kita pun sebagai main contractor atau subcontractor tidak ingin pemborosan dan kerugian ini dilakukan oleh tim kita.

Aktivitas-aktivitas non-value added termasuk penyebabnya yang akan dihilangkan dengan Lean Construction karena akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proyek, baik dari aspek SOTOBOSORAH (Safety, On Time, On Budget, On Spec, On Return, All Happy). Semua pihak seharusnya happy, baik owner, main contractor dan subcontractor. Jika Lean Construction dijalankan dengan benar, semua pihak akan happy. Karena masing-masing pihak akan menghilangkan wastes dan losses yang ada pada prosesnya yang pasti akan memberi efek positif pada ketepatan waktu, kualitas dan operational cost. Perubahan culture memang merupakan tantangan tersendiri, namun dengan semangat lean construction yang benar, dilandasi semangat simbiosis mutualisme antara owner, main contractor, subcontractor 1st tier, 2nd tier sampai seterusnya, lambat laun sinergi budaya akan tercipta.

Penerapan Lean Construction di Indonesia merupakan hal yang masih dibilang baru. Perusahaan yang secara serius dan sudah menerapkan Lean Construction yaitu PT. REKIND (Rekayasa Industri) dan PT. PP (Pembangunan Perumahan). Manajemen PT. REKIND dengan pak Budi Priyanto sebagai PM memimpin penerapan Lean Construction di Mega Project Nasional EPC JTB (Jambaran Tiung Biru) di Bojonegoro, Jawa Timur dengan PEPC (Pertamina Cepu) sebagai owner, senilai 1 Milyar US Dollar. PQI Consultant memberikan support serta membantu dalam implementasi Lean Construction terutama di area paling kritikal pada projek EPC yaitu fabrikasi spool.

Selain dari aspek metodologi Lean Construction, pembangunan culture yang kritikal yang tidak kalah penting adalah pemanfaatan teknologi IT, pengembangan aplikasi BIM yang terintegrasi dengan Primavera sampai detail aplikasi di lapangan menggunakan aplikasi mobile/web. Aplikasi yang terintegrasi ini juga sudah mengadopsi pendekatan Lean Construction. Termasuk dashboard yang lengkap dengan system kanban yang sangat menjaga pull system. Sehingga look ahead dan constraint variant analysis bisa dilakukan dengan baik.

Di PT. Pembangunan Perumahan (PP) sendiri berencana untuk mulai mengimplementasikan Lean Construction pada pertengahan bulan April ini. Berawal dari ketertarikan pak Anton Satyo, Direktur Gedung terhadap success story Lean Construction yang beliau dengar saat dinas di luar negeri dan sharing project dengan kontraktor Finland yang mulai menerapkan Lean Construction juga.

Lean Construction Institute Indonesia (LCII) bersama dengan PQI Consultant telah mengembangkan pendekatan Lean Construction yang lebih detail, comprehensive dan applicable dengan mensinergikan prinsip-prinsip Toyota Way, Six Sigma, TPM dan culture kedalam satu pendekatan manajemen yang sangat efektif dan efisien yang sudah mengantisipasi culture pekerja Indonesia jika diaplikasikan dalam industri konstruksi, baik building, infrastructure, EPC maupun precast/prefab juga dalam pengembangan vendor-vendornya.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LinkedIn
LinkedIn
Share
WhatsApp