Sejak seminar di ACF (Asean Contractor Federation) dengan AKI (Asosiasi Kontraktor Indonesia) di akhir 2019 lalu di event Big 5 Construction (Konstruksi Indonesia) bersama Bina Konstruksi-PUPR dan LPJK, kami LCII (Lean Construction Institute Indonesia) terus melakukan pendalaman, pengembangan dan improve methodologi dan materi Lean Construction termasuk penyesuaian dengan atmosfir dan culture konstruksi Indonesia.
Dalam perkembangannya tentu saja ada beberapa kendala baik dalam hal komitmen, resistensi, keterbukaan, kesadaran akan pentingnya improvement, merasa sudah sempurna dan tidak perlu improvement, ataupun yang merasa perlu tapi merasa apatis akan bisa dilakukan perubahan dan improvement. Kondisi dan fakta ini menunjukkan bahwa hasil survey Mckinsey Global Institute (page 2) bahwa produktivitas Industri konstruksi sangat rendah, sejauh ini belum dimaknai dan dirasakan sebagai sense of crisis terhadap perlunya improvement di proyek atau Perusahaan tersebut maupun di konstruksi nasional secara keseluruhan.
Dari implementasi Lean Construction baik berupa training, workshop, konsultasi dan assessment yang dilakukan Lean Construction Institute Indonesia (LCII) bersama PQl Consultant di 10 proyek dan sekitar 20 kontraktor di Indonesia, serta benchmarking dan case study di proyek dan kontraktor Amerika, Jepang dan china, semakin membuka wawasan dan banyak sekali ditemukan potensi dan peluang untuk dilakukan improvement mulai dari tahap initiating, planning, executing, monitoring and control, hand over, operation and maintenance , baik core process maupun supporting process.
Hasil dari pendalaman di industri konstruksi tersebut diatas, kami ramu dan gabungkan dengan pengalaman dan keberhasilan melakukan improvement di ratusan Perusahaan berbagai industri nasional dan multi nasional company termasuk Toyota Indonesia, Toyota Jepang (yang menjadi kiblat Lean Construction), Epson, Banpu, Astra group, YKK, NGK, Danone, LG, Huawei, Mitsubishi, RS Premier, Bank BRI,dst. Dari pengalaman memberikan training, workshop, konsultasi , audit/assessment dan coaching diberbagai Perusahaan dan berbagai industri termasuk konstruksi tersebut, ada benang merah yang bisa ditarik dan saling melengkapi dalam melakukan improvement peningkatan kinerja suatu proyek ataupun Perusahaan. Prinsip, methodologi dan approach TPS (Toyota Production System), TPM (Total Productive Management), six sigma, Lean Management disinergikan dengan PMBOK, PRINT-2, bisa menjadi solusi untuk meningkatkan produktifitas konstruksi dengan cepat dan signifikan.
Satu hal yang penting juga adalah bagaimana bisa memotret atau mengetahui apa yang perlu diimprove dari suatu proyek atau perusahaan. Karena bisa bahaya jika suatu proyek atau Perusahaan tidak sadar atau tidak tahu ada yang perlu diimprove. LCMA (Lean Construction Maturity Assessment) di 10 projek baik dari EPC, Gedung, Infrastruktur jalan, sumber Daya Air, berhasil menemukan banyak OFI (Opportunity for Improvement) dan AFI (Action For Improvement) yang jika dilakukan dengan komitmen dan “Right First time” akan memberi dampak yang luar biasa bagi efektifitas dan efisiensi proyek dan perusahaan. Bukan hanya dalam produktivitas, tapi juga Safety, Quality, Schedule dan Cost serta mencegah overrun schedule dan budget. Melalui Lean Construction Maturity Assessment banyak improvement yang bisa dilakukan.
Baru 1 perusahaan yang serius dan sadar membuka diri untuk mendapatkan kesempatan menggali potensi improvement dengan menerapkan LCMA. Sudah mulai merasakan manfaat dan sedang membangun komitmen dan proses menindaklanjuti hasil dari Lean Construction Maturity Assessment.
Testimoni dan overview Lean Construction bisa diakses di Youtube:
PQI COnsultant [https://www.youtube.com/c/PQIConsultant/videos].
Implementasi Lean Construction di Indonesia masih dalam tahap awal dan perlu keterlibatan dan dukungan seluruh stake holder termasuk regulator agar memberi dampak yang signifikan dan cepat dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi SoToBoSoREMPAH konstruksi Nasional.